Title : (Twoshoot) Mianhe,
Saranghae (Part 1)
Genre : Gender bender, married life, romance, drama
Cast : Kwon Yuri
Jessica Jung, Jung (Im) Yoona, Krystal Jung
Taeny, Soosun, Donghae
Author : Demoticon Jung (D_Jung)
Mianhe, I don’t understand you
But I Really Love You
More than you to know
Note : ini udah lama gue buat,
baru sekarang gue post. Ini terinspirasi dari film india. Waktu itu gue
mau pergi, eh malah hujan gede. Hujannya deres banget, mana petir duarr duerr
lagi. Mana beranilah gue keluar rumah kalo gitu. Jadi kejebak deh, di dalem
rumah. Alhasil gue malah nonton tv.
Gonta-ganti channel, eh nemu tuh film. Jiahh india-india kata gue waktu itu. Ya
udah deh, gue tonton aja. Tapi sambil baca ff Yulsic dari hp. Ehh gue malah
ngebayangin tuh shah rukh khan adalah Yuri, sama siapa tuh? Ga kenal gue yang ceweknya jadi Jessica.
“aku pulang” ucap Yuri sambil melepas sepatunya, lalu menaruhnya
sembarangan kemudian beranjak tetapi terhenti karena teriakan istrinya .
“Yul, sudah kukatakan letakkan sepatumu ditempatnya.” Teriak Jessica dari
dapur, karena dia tahu benar kebiasaan Yuri.
‘ishh, kenapa dia bisa tahu aku meletakkan sepatuku sembarangan. Ice
princess itu benar-benar mengerikan.’ Yuri membenahi letak sepatunya sambil
bergumam. “iya, sudah.” Yuri lalu menuju dapur mengikuti aroma masakan. Dia
tersenyum menikmati pemandangan di depannya, istrinya sedang sibuk memasak. Dia
mendekat perlahan lalu memeluk Jessica dari belakang.
“hmm, kau wangi sekali sayang.” Yuri menikmati aroma tubuh Jessica,
mengecup pipi Jessica.
“heyy, mandi dulu sana selagi aku menyiapkan makan malam untuk kita.”
Jessica menolehkan kepalanya, menyuruh Yuri untuk mandi tetapi Yuri malah
mencium bibirnya.
“hmm, sayang masakanku bisa gosong kalau kau terus menciumku seperti
ini.” Jessica mendorong pelan Yuri.
“tidak apa-apa, aku tetap akan memakannya.” Jawab Yuri, lalu mencium
Jessica lagi.
“no, sayang. Aku yang tidak mau makan kalau makanannya gosong dan pahit.
Sana cepatlah mandi!” Jessica mendorong Yuri menjauhinya.
“ishh, iya iya nyonya Kwon.” Yuri berjalan menuju kamar sambil tersenyum.
Dia masih tidak menyangka kalau kini Jessica adalah istrinya, apalagi sekarang Jessica
sudah bisa memasak mengingat dulu dia pernah sakit perut selama 3 hari setelah
memakan masakan Jessica.
Eitsss,jangan bilang itu bercanda. Itu serius.
-----
Yuri menyandarkan kepalanya di sandaran kursi kerjanya sambil memejamkan
matanya. Dia masih disibukkan dengan berkas-berkas yang menyebalkan. Dia menggerak-gerakkan badannya yang terasa
pegal dan juga lelah. Matanya terbuka sempurna ketika melihat jam sudah
menunjukkan pukul 10 malam.
“ahhh kenapa aku tidak menyadari kalau sekarang sudah jam 10.” Yuri ingat
kalau dia berjanji untuk menjemput Jessica di butiknya.
“sebaiknya kubawa pulang saja berkas-berkas ini. Jessica pasti sudah
menunggu lama.” Dia lalu membereskan berkas tersebut. Saat dia mengambil
hp-nya, dia melihat beberapa miscall dari Jessica yang tidak dia sadari karena
hp-nya di silent . Lalu dia menelpon balik Jessica.
“hallo, mianhe sayang aku tidak melihat jam dan hp-ku di silent. Kau
masih di butik?”
“hallo. Oh iya tidak apa-apa. Aku sudah dirumah, tadi diantar Tiffany.”
“ahh, mianhe sayang. Aku segera pulang.”
“ya sudah, hati-hati di jalan.”
“oke, bye.”
Sesampainya di rumah, Yuri langsung memasuki kamar karena dia tidak
melihat Jessica di ruang tengah. Dilihatnya Jessica sudah tertidur.
“ahh, dia pasti lelah.” Yuri mendekati Jessica, merapikan rambut Jessica.
“good night, nice dream baby.” mencium keningnya. Lalu dia ke kamar mandi
untuk membersihkan diri sebelum tidur, dia membatalkan niatnya untuk
melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai tadi.
Seketika rasa kantuknya menghilang ketika dia memandangi wajah istrinya
yang sedang tertidur disampingnya. Dia menopang kepala dengan sebelah
tangannya, sedangkan tangan kanannya menelusuri lekuk wajah istrinya.
Yuri POV
“dahi jenongmu.” Kuusap keningnya, merapikan rambut yang menutupi
wajahnya.
“mata indahmu, tapi sayang kau sedang tidur aku jadi tidak bisa
melihatnya.”
“hidung mancungmu.” Kusentuh ujung hidungnya.
“hmm, dan ini” ku sentuh bibir tipisnya yang merah meski tanpa lipstick.
Pantas saja kau cocok jadi seorang model. Apalagi postur tubuhmu yang seksi
meski tak terlalu tinggi. Karena itu kusuruh kau berhenti jadi model, aku tidak
suka melihat mata-mata orang yang melihatmu dengan berbinar-binar seperti itu.
Rasanya ingin sekali aku menonjok para fans boy-mu itu satu persatu. Argggh,
memikirkan itu saja membuatku emosi. Aku benar-benar bisa hipertensi jika kau
masih menjadi model. Kembali kutelusuri wajahmu yang cantik ini meski terdapat
aura dinginnya. Dasar Ice Princess.
“tapi bukan hanya wajahmu yang cantik” kusentuh wajahnya.
“dan tubuhmu yang indah yang membuatku jatuh cinta padamu. Itu jadi bonus
untukku karena memilikimu. Jika kau bertanya, kenapa aku mencintaimu?. Jujur
aku tidak punya jawaban untuk pertanyaan itu.” Aku terus memandangi wajah princess-nya
ini.
“Tapi yang aku tahu dan aku yakini adalah aku benar-benar mencintaimu.”
Kucium keningnya yang jenong ini agak lama, bagian yang aku suka setelah bibir
tipisnya.
“ Aku tidak punya alasan mencintaimu. Tapi kupikir cinta memang tak butuh
alasan. Karena jika alasan itu menjadi dasarnya, maka saat alasan itu berubah,
cinta itupun ikut berubah.”
Yuri POV end
“eoh?”
Jessica terbangun dari tidurnya ketika Yuri membenahi rambutnya dan
mengusap dahinya, tetapi sengaja tidak membuka matanya. Dia menikmati sentuhan
lembut suaminya yang menyusuri lekuk wajahnya. Belakangan ini Yuri dan dirinya
sendiri memang disibukkan dengan pekerjaan. Mereka tidak mempunyai banyak waktu
bersama bahkan untuk makan bersama. Mereka hanya bertemu pagi dan malam hari.
Ketika Yuri mengantarnya dan menjemputnya
ke butik. Bahkan beberapa hari ini dia malah pulang diantar Tiffany,
sahabat serta rekan kerjanya, karena Yuri tidak bisa menjemputnya.
Jessica POV
“mata indahmu, tapi sayang kau sedang tidur aku jadi tidak bisa
melihatnya.”
“hidung mancungmu.”
“hmm, dan ini” kurasakan tangannya menyentuh bibirku lembut. Lama dia
terdiam. Ya! Apa yang dipikirkannya?.
Dan kini kurasakan tangannya kembali menyusuri lekukan wajahku, “tapi
bukan hanya wajahmu yang cantik…” pasti dia sambil memandangiku.
Aku ingin membuka mataku, tetapi aku penasaran apa yang akan dikatakannya
lagi. Apa dia sering seperti ini saat aku sedang tidur. Dasar byunYul.
“dan tubuhmu yang indah yang membuatku jatuh cinta padamu. Itu jadi bonus
untukku karena memilikimu. Jika kau bertanya, kenapa aku mencintaimu?. Jujur
aku tidak punya jawaban untuk pertanyaan itu.” Apa? Apa yang dia katakan? Apa
maksudnya? Aku benar-benar ingin membuka mataku, tetapi dia kembali bicara.
“Tapi yang aku tahu dan aku yakini adalah aku benar-benar mencintaimu.”
Yul? Dia mencium keningku. Aku benar-benar terpaku mendengar kata-katanya.
“Aku tidak punya alasan mencintaimu. Tapi kupikir cinta memang tak butuh
alasan. Karena jika alasan itu menjadi dasarnya, maka saat alasan itu berubah
cinta itupun ikut berubah.”
Mendengar kata-katanya, aku benar-benar terharu dan bahagia.
Jessica POV end
Jessica membuka matanya, membuat Yuri terkejut.
“eoh?” Jessica tersenyum manis kepada Yuri.
Tanpa disangka Yuri, Jessica mencium bibirnya. Yuri masih terpaku,
terdiam karena perlakuan Jessica yang tiba-tiba. Jessica memejamkan matanya,
memperdalam ciumannya. Sedangkan Yuri masih terdiam, belum membalas ciuman itu.
‘apa dia mengigau?’ pikir Yuri. Jessica melepaskan ciuman mereka.
“heyy, kau pikir aku mengigau ya?” Jessica melihat Yuri yang masih
bengong.
“eoh.” Jawab Yuri masih dengan cengonya. Kenapa dia tahu apa yang aku
pikirkan?. Jessica mengusap pelan wajah
Yuri.
“I miss you, Kwonnie.”
“I miss you too. Mrs. Kwon.” Yuri menatap dalam mata Jessica.
Yuri mencium lembut bibir Jessica. Jessica hendak memejamkan matanya
menikmati sentuhan bibir suaminya tetapi Yuri melepas ciuman mereka.
“look at my eyes Mrs. Kwon.” Yuri kembali mencium Jessica. Ciuman dalam
tanpa nafsu tetapi menyalurkan cintanya kepada Jessica. SKIP*** (tahu kan apa
maksudnya? Memang apa?#wajahpolos)
-----
Yuri menghempaskan tubuh lelahnya di sofa ruang tengah rumah mereka.
Jessica keluar kamar mengetahui Yuri sudah pulang. Jessica memeluk Yuri dari
belakang, menyandarkan kepalanya di bahu Yuri.
“hey, sayang. Oh kau terlihat sangat lelah sayang. Tunggulah sebentar
kubuatkan susu hangat dulu untukmu.” Jessica
memijat punggung Yuri sebentar sebelum ke dapur membuatkan susu hangat untuk
Yuri.
“sayang, minum dulu susunya.” Jessica menggoyang pelan bahu Yuri, melepas
dasi dan membuka 2 kancing atas baju Yuri agar sedikit relaks.
“gomawo.” Yuri menaruh mug berisi susu hangat yang telah diminumnya
setengah. Mendapatkan perhatian seperti itu dari istrinya membuat lelahnya
berkurang.
“apa sekarang lebih baik?” tanya Jessica yang memijat pundak Yuri.
“hmm, gomawo.”
“habiskan susunya dan bersihkan dirimu lalu tidur. Hmm?” Jessica menatap
lembut Yuri.
“hmm, kau terlihat lebih segar dan sangat tampan sayang. Ini baju
tidurnya.” Yuri memakai baju yang diberikan Jessica.
Yuri membaringkan tubuhnya disamping Jessica. Menaruh lengan kirinya di
lekukan leher Jessica dan menopang kepala dengan tangan kanannya. Memikirkan
masalah keuangan yang sedang melanda perusahaannya membuat kepalanya kembali
pusing. Dia memandangi langit-langit kamar, memikirkan jalan keluar untuk
masalahnya. Kepalanya kembali berdenyut. Mengingat batas waktu pembayaran sudah
hampir dekat tetapi sampai saat ini uangnya belum terkumpul.
Jessica belum sepenuhnya tertidur. Dia merasakan tangan Yuri dilehernya,
tetapi tangan kanan Yuri yang biasanya akan melingkari pinggang untuk
memeluknya saat tidur belum juga dilakukan Yuri. Dia membuka matanya, terlihat
suaminya sedang memandangi langit-langit kamar mereka dengan nafas berat.
“sayang, kenapa belum tidur?” Jessica mengusap-usap dada bidang Yuri.
“ohh,tidak apa-apa. Ini aku juga sudah mau tidur.” Yuri menenggelamkan tubuh
mungil istrinya di pelukannya, memejamkan matanya.
“sepertinya ada yang sedang kau pikirkan. Apa ada masalah di kantor?” Jessica
tahu bahwa kini Yuri tidak sedang tertidur,
tetapi Yuri tetap pura-pura tidur.
“berbagilah denganku sayang. Apapun masalahnya.”
“hmm, anio. Bukan apa-apa. Ayo kita lanjutkan tidur.”
Jessica jengah dengan sikap Yuri seperti ini. Yuri selalu menyimpan masalahnya
sendiri. Dia tahu Yuri hanya tidak ingin menyusahkannya, tapi dia juga tidak
bisa berdiam diri terus membiarkan Yuri selalu menyimpan sendiri masalahnya.
Dia duduk menghadap Yuri, menggenggam erat tangan Yuri.
“sayang, jangan seperti ini. Aku ini istrimu. Aku merasa buruk jika kau selalu
memendam masalahmu sendiri. Aku tahu mungkin aku tidak akan cukup membantu,
tetapi setidaknya kau bisa cukup lega bila membaginya.”
“hmm, hanya masalah kecil. Sudahlah. Kau pasti capek, ayo istirahat…”
“Yul, please. Aku tahu ini pasti bukan masalah kecil.” Ucap Jessica
menatap tajam Yuri, dia sungguh tidak suka dengan sikap Yuri yang seperti ini.
Jika Jessica sudah keras kepala seperti ini tidak ada jalan lain selain
menceritakannya.
“oke. Iya, ada masalah di kantor… ini mengenai dana untuk pelaksanaan
proyek, kami kekurangan dana pembayaran untuk pengadaan bahan tahap selanjutnya
yang sudah hampir jatuh tempo. Kami memang cukup terlambat menyelesaikan proyek
ini, jadi dana belum bisa cair. Kami sedang mengumpulkannya, kau tidak perlu
khawatir.”
Jessica tidak perlu bertanya kenapa Yuri tidak meminta bantuan Taeyeon,
Sooyoung ataupun Hyoyeon apalagi appanya. Jessica tahu benar seberapa tinggi
harga diri dan ego suaminya. Kini dia beranjak dari ranjangnya menuju lemari.
Dia menunjukkan buku tabungannya.
“besok kita ambil. Kurangnya nanti kita pikirkan lagi.”
“jess…”
“uangku adalah uangmu.”
“tidak Jess, aku…”
“biarkan aku membantumu.”
“Tapi Jess..”
“biarkan aku melakukan apa yang harus dilakukan seorang istri.” Jessica membingkai
wajah Yuri dengan tangannya. Melihat Yuri yang masih menampakkan
ketidaksukaannya.
“oke. Setelah kau punya uang, segera kembalikan.”
“aku ngantuk, ayo kita tidur.” Jessica menggoyang-goyangkan lengan Yuri
dengan manja dan membaringkan tubuhnya. Yuri hanya bisa geleng-geleng melihat
sikap Jessica yang kembali berubah manja. Yuri memposisikan dirinya kembali
seperti kebiasaan mereka tidur.
“gomawo, sayang. Good night.” Yuri mencium kening lalu memeluk Jessica.
-----
Yuri memarkirkan motornya di depan butik milik istrinya-dan Tiffany-. Dia
sedang menjemput Jessica, tetapi tidak sengaja matanya menatap ke arah café
yang terletak di seberang jalan. Dia melihat seseorang yang dibencinya bersama
dengan istrinya. Melihat pemandangan seperti itu membuat dadanya bergumuruh
penuh dengan emosi. Dia berjalan cepat menuju café tersebut. Hatinya semakin
panas setelah mendengar percakapan antara dua orang tersebut.
“pulang!” Yuri menarik tangan Jessica sedikit kasar, membuat Jessica
tersentak mendapat perlakuan tiba-tiba.
“yak, Yul! Lepaskan, kau menyakiti Jessica.” Namja itu mencoba mendekati
Jessica, ingin melepaskan cengkraman tangan Yuri.
“yak Lee Donghae! Apa urusannya denganmu hah? Dia istriku, aku berhak
melakukan apa saja kepadanya. Dan jangan pernah temui istriku lagi! Kau
mengerti!” maki Yuri di depan muka namja yang bernama Donghae tersebut. (*aduh Yul oppa apa yang kau lakukan
pada Donghae oppa?)
Yuri menarik Jessica keluar café menuju motornya dengan kesal. Jessica
hanya bisa meringis menahan sakit karena tangannya memerah akibat cengkraman
kuat Yuri.
“Yul, tasku masih di butik.”
“cepat ambil!” jawab Yuri masih dengan nada tinggi. Dia memang sama
sekali tidak dapat mengendalikan emosinya jika sudah berhadapan dengan Lee Donghae
yang notabene-nya adalah mantan Jessica yang paling dicintai Jessica sebelum
dirinya.
-----
Sesampainya dirumah. Yuri menutup pintu dengan kasar menimbulkan suara
keras. Membuat Jessica tersentak, ketakutan.
“apa yang kau lakukan? Huh?”
“apa aku menyuruhmu minta tolong padanya?” Yuri menatap tajam Jessica.
“kapan aku menyuruhmu? Hah?” bentak Yuri. Jessica tidak bisa menahan air
matanya ketika Yuri membentaknya.
“aku bahkan tidak menyuruhmu minta tolong pada appa, Soo, Taeng, atau
siapapun. Dan kau malah meminta tolong padanya!” Yuri menggenggam tangannya,
menahan emosinya.
Sedangkan Jessica hanya bisa terdiam. Dia tahu dia salah, tapi dia tidak
punya pilihan.
“kau membuatku seperti pecundang dihadapannya, Jessica Jung.” Yuri
memegang kuat kedua pundak Jessica.
Jessica tidak tahan jika Yuri sudah seperti ini. Setelah Yuri melepasnya.
Dia memasukkan beberapa baju ke dalam tas, dia akan tidur di rumah orang
tuanya.
“ohh kau mau pergi? Pergilah! Dan jangan kembali!” teriak Yuri melihat
Jessica mengemasi bajunya.
“Yui? Kau keterlaluan.”
“pergilah noona, pergilah kepelukan oppamu itu.” (*disini Sica eonni lebih tua dari Yul)
“Dasar anak manja”
--TBC--
Ada yang mau ini dilanjut? Komen ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar